counter acccount

Selasa, 08 Mei 2012

DUA HAL PALING UNIK DI PURWOREJO


Yang unik disini dalam arti yang benar benar baru saya temui, dan tidak pernah saya bayangkan alias juga jauh di luar ekspektasi saya..

1.       Punya kucing?? Di LUAR ajaa..
Maksudnya bukan yang punya kucing HARUS di luar, tapi kucingnya itu lho yang harus di luar. Tidak tahu dan tidak jelas ini berawal dari mana dan siapa yang membuat aturan seperti ini, namun kebiasaan ini sudah mendarah daging di lingkungan masyarakat. Tepatnya di desa Malang rejo, kecamatan Banyu Urip, Kabupaten dan kota Purworejo. Di desa ini siapapun yang mempunyai atau memelihara kucing, maka kucingnya tidak boleh dimasukkan ke rumah. Begitu saya tanya KENAPA ke bude dan sepupu saya, jawaban mereka “ya memang orang sini seperti itu, kalau punya kucing ya ditaruh di luar rumah.”  Anehh..

2.       Bahasanya…..
Ekspektasi saya bahasa mereka itu ya sama seperti saya, dalam arti sama-sama menggunakan dialek jawa, namun mungkin memang berbeda tapi bedanya ya karena mereka di jawa tengah dan dekat jogja, jadi saya menduga kalau bahasanya ya hampir mirip masyarakat Jogja. Tapi faktanya??? Kok logatnya gini -.- mereka sudah memakai logat ngapak, tapi bahasanya jawa. Nah lo..kalau ngapak kan campuran sunda dan jawa, ini full jawa tapi logat ngapak, tapi juga ada yang memakai ‘inyong’ dalam dialog mereka. Setidaknya saya masih mengerti jika diajak berbicara :)

Tiga kali kemalingan, Pindah Rumah

sungguh malang nasib bapak Kastowo (45) yang masih menjabat sebagai Sersan Mayor di Kodim Purworejo. bagaimana tidak, setelah akhir februari dan bulan maret lalu kemalingan sebanyak dua kali, akhir april lalu (28 April 2012) kejadian itu terulang lagi.

semacam sudah menjadi langganan para maling tersebut, Kastowo pun pada awal Mei ini memutuskan untuk segera pindah dari rumahnya di desa Malang Rejo, Kecamatan Banyu Urip, Purworejo.

berdasarkan penuturan Clara Yogiana, keponakannya yang juga tinggal di rumah tersebut, "tiga kali pencurian ini berlangsung sangat rapi, bahkan yang terakhir kemarin kejadiannya di siang bolong." hal serupa juga dipaparkan para tetangga sekitar, sekitar pukul 13.00 siang hari ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depan rumah Kastowo setelah mengelilingi gang rumahnya. turun beberapa lelaki dengan pakaian rapi, tetangganya mengira jika itu adalah tamu Kastowo, jadi mereka membiarkannya. tak lama kemudian mereka keluar dan pergi meninggalkan rumah tersebut.

padahal saat itu Kastowo dan keluarga tidak berada di rumah. ketika mereka kembali awalnya mereka tidak menyadari jika ada pencuri yang kembali masuk ke rumahnya. namun tidak lama kemudian mereka sadar jika telah terjadi pencurian dengan uang yang hilang kurang lebih tiga puluh juta rupiah dan perhiasan. "kami kira itu perbuatan orang 'dalam', karena mereka sudah tahu letaknya, jadi pencuriannya sangat rapi," ungkap Clara.

Purworejo Bisa KAYA

tak banyak orang tahu kota manakah yang mempunyai lumbung padi terbesar di jawa tengah?? jawabannya adalah Purworejo, siapa sangka kota kecil dengan bahasa setengah ngapak ini memiliki lumbung padi hampir di setiap desanya.

"Fungsi lumbung padi di setiap desa selain sebagai tempat menampung hasil panen, juga untuk mengatasi kebutuhan petani saat musim paceklik,” kata Sunoto yang akrab disapa mbah To saat ditemui di sawah dekat rumahnya di desa Malang Rejo.

sawah milik mbah to di desa Malang Rejo
menurut Mbah To, lumbung padi merupakan peninggalan leluhur desa setempat yang berdiri sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. sekarang petani yang kekurangan modal bercocok tanam, bisa meminjam gabah di lumbung padi tersebut. Sutikno yang merupakan putra sulung mbahTo menambahkan jika sistem yang berlaku di dalam lumbung adalah simpan pinjam dalam bentuk gabah kepada anggota. Dimana utang serta bunganya dikembalikan saat musim panen dalam bentuk gabah. 

dengan adanya lumbung padi terbesar ini tentunya dapat menjamin pemenuhan kebutuhan penduduk secara fisik maupun ekonomi, dengan pengelolaan cadangan makanan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat.

Purworejo masih memiliki beberapa komponen yang dapat menunjang sektor ekonominya, diantaranya ada kedelai,  gula aren, emping mlinjo, susu kambing etawa, dan durian kaligesing.  Komponen-komponen makanan ini dapat meningkatkan perekonomian Purworejo jika diolah sekreatif mungkin dan di pasarkan dengan kreatif pula.
 

JATI MALANG - Lebih dari PANTAI



baru kali ini sepagi ini saya sudah ada di pantai. sejujurnya saya berniat untuk merefresh pikiran sebelum esok harus kembali ke Surabaya tercinta. saya pikir pagi-pagi pantai masih sepi, dan bisa saya nikmati sendiri (berasa pantai pribadi gitu), tapi kok...???

yaa..Pantai Jati Malang yang terletak di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, bukan hanya sekedar pantai biasa. memang bukan pantai standart, pantainya jelek (dari kacamata traveler saya), pasirnya hitam, sampah dimana-mana, dan ombaknya besar, sangat tidak aman bagi para wisatawan.

namun selama saya berkunjung ke beberapa pantai sebelumnya, baru kali ini saya menemukan ada kolam renang di area pantai. tak hanya satu kolam, ada empat buah kolam renang, yang dua didesain untuk anak-anak, dua lagi untuk dewasa. kenapa? benar dugaan awal saya, pantai ini sangat tidak aman sehingga dibuatlah kolam renang di dekat pantai. "tujuan awalnya untuk anak-anak, agar mereka yang ingin sekali mandi di laut, bisa mandi disini. karena kan ombaknya sangat besar, jadi bahaya untuk anak-anak," ucap Edi Pramono, penjaga pantai Jati Malang.

kolam renang anak-anak
 seperti yang saya ungkapkan dalam video di atas, faktor yang menyebabkan pantai ini sudah ramai di pagi hari adalah adanya aktivitas pelelangan ikan.


 ikan-ikan tersebut tentu saja hasil buruan nelayan Jati Malang di malam hari. pukul 06.15 saja pelelangan ikan sudah sepi, karena para nelayan sudah bergegas membawa ikan-ikan tersebut ke pasar kecil, yang nantinya harga jual akan naik lagi atau lebih mahal. di sekitar pantai juga lumayan banyak warung yang menjual sea food, dengan rata-rata harga ikan lautnya Rp 15000,00 per kg, yang mana setiap kg berisi sekitar 4-5 ekor ikan. bahkan ada salah satu warung yang menjual olahan ikan hiu.

hanya tersisa dua orang penjual di pantai Jati Malang

 selain itu, banyak orang yang datang ke pantai pagi-pagi untuk melakukan terapi air laut. Orang-orang terapi di laut pagi-pagi untuk menghirup uap air laut pagi yang katanya dapat menyembuhkan penyakit.
di sekitar pantai ternyata ada papan-papan kecil penunjuk lokasi mengungsi dari tsunami. Hal ini dikarenakan lokasi Pantai Jati Malang berada di pantai selatan yang seringkali mengalami tsunami di beberapa daerah sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.
 

Ireng atau Ijo sama-sama LARIS..


Dawet sudah sangat familiar di telinga kita, yang kita bayangkan ketika mendengar kata itu adalah warna hijaunya yang segar dan aroma pandannya. Namun ada yang berbeda dengan Dawet yang ada di Purworejo..

 Yaa..dawet ireng namanya, sesuai dengan tampilannya yang hitam namun tetap manis di mulut. Dawet ireng ini baru muncul dua tahun yang lalu, tahun 2010 tepatnya. Kini di setiap sudut kota inipun banyak berjajar penjual Dawet ireng, bu Yanto salah satunya. Ibu Yanto selain menjual dawet ireng yang asli Purworejo, juga masih menjual dagangan awalnya, dawet ijo atau dawet ayu khas Banjarnegara. “walaupun dawet ireng masih terhitung baru dan banyak yang ingin mencicipnya, namun pesona dawet ayu juga belum terkalahkan mbak, masih banyak pelanggan saya yang selalu memesan dawet ayu,” tutur wanita yang juga asli Banjarnegara ini.

Seperti yang dipaparkan, Bu Yanto konsisten menjual dawet ayu karena selera pelanggannya yang masih mengidolakan dawet ijo itu. Ia juga tidak merasa kerepotan menyediakan dua jenis minuman yang serupa tapi tak sama itu. Perbedaannya terletak pada bahan dan cara pembuatannya saja, dawet ayu berasal dari beras dan daun pandan untuk pewarnanya, sementara dawet ireng berasal dari pati / sagu dan oman yang dibakar untuk pewarnanya.

dawet ireng Purworejo

dawet ayu Banjarnegara

Jadi..berminatkah anda untuk mencicipi cita rasa dawet yang baru ??

"NDOLALAK" di KAWINAN


Tak banyak yang tahu tentang Ndolalak, sebuah tarian yang konon bermula dari peniruan oleh beberapa penggembala terhadap gerakan tarian dansa serdadu Belanda. Penamaan Ndolalak sendiri diambil dari dominannya notasi nada do-la-la yang dinyanyikan serdadu Belanda untuk tarian dansa mereka.

Ndolalak semula ditarikan oleh para penari pria. Namun dalam perkembangannya, sekarang tak ada satupun pria yang ada di barisan tarian ini. Kesenian tari Ndolalak tumbuh dan berkembang dengan pesat  di Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan pusat perkembangan seni tari Ndolalak karena secara turun-temurun, anak-beranak penduduk Kaligesing tetap mencintai dan menjaga kelestariannya. Hingga kini di kecamatan Kaligesing kehidupan berkesenian kaum tua, dewasa, remaja, dan anak-anak tidak dapat dipisahkan dari Ndolalak.

Salah satu remaja penduduk asli kecamatan Kaligesing adalah Dara Sulistyaningsih. Gadis kelahiran dua puluh satu tahun silam ini mengaku mulai mempelajari tarian Ndolalak sejak ia duduk di bangku SD. Hingga kini ia menjadi mahasiswa,  ia masih tetap menari dan meningkat menjadi pelatih tari bagi anak-anak di desanya. Walaupun rupiah yang ia terima tidak seberapa, namun ia menuturkan sangat bahagia dalam usaha melestarikan budaya daerahnya. 

Dara (paling kanan) bersama kawan-kawannya
 “Saya sangat suka dengan kesenian, jadi saya juga merasa sangat bahagia ketika menarikan tarian daerah saya,” ungkap Dara. Mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Purworejo ini memaparkan jika selama ia menarikan tarian Ndolalak, selama itu pula tarian ini tidak pernah ikut serta dalam kompetisi atau kejuaraan. Namun, tarian Ndolalak selalu rutin tampil dalam pementasan acara pernikahan dan syukuran di desa-desa.

Senin, 07 Mei 2012

PERSEKABPUR Berpindah JALUR


Persaingan di bidang olahraga, sepak bolah khususnya, kini semakin berat saja. Jangankan untuk menjadi bagian dari Timnas (Tim Nasional), untuk bergabung membela kota sendiri saja sudah susah. Persaingan antar daerah pun kian hari kian memanas, apalagi para supporter fanatiknya. Sebut saja para bonek mania dan aremania, siapa yang tak kenal dua komplotan supporter dari timur ini??

Karena persaingan semakin ketat dan mungkin semakin tidak sehat, Persekabpur (Persatuan Sepak Bola Kabupaten Purworejo) berpindah jalur, dari sepak bola dengan sebelas orang pemain menjadi setengahnya, enam orang untuk olahraga futsal.

tim futsal Persekabpur sebelum bermain
 Ditanya sejak kapan eksis di bidang futsal, Dinar Setyawan, salah seorang pemain lini depan menuturkan, “sudah lama sih, kira-kira dua tahun yang lalu. Awalnya kami memang ingin mendominasi dua bidang itu, sepak bola dan futsal, tapi siapa sangka jika sekarang kami benar-benar fokus berada di bidang futsal saja.”

 Dinar juga menyebutkan jika tidak ada pemain yang benar-benar tetap di klub ini, “jumlah pemainnya memang tidak tentu, setiap kali ada kompetisi kami selalu membuka seleksi untuk siapa-siapa saja yang mau bergabung dengan tim ini,” ujar mahasiswa jurusan akuntansi ini.

Tim Persekabpur telah memenangkan beberapa perlombaan di Purworejo dan Jawa Tengah, diantaranya, juara I  kompetisi Rizky Jaya Futsal, juara I Bupati Cup Purworejo, juara I Bardosono Cup di Jogjakarta, dan juga juara III turnamen se-mahasiswa UII Jogjakarta.

Tim binaan Andi Kurniawan yang terbentuk  pada awal tahun 2009 ini berpindah jalur ke bidang futsal karena mereka memiliki keterbatasan dana jika bergabung dengan liga-liga nasional sepak bola. Namun Dinar kembali menambahkan jika dia dan timnya masih ingin Berjaya di bidang sepak bola, agar Purworejo maju dalam bidang olahraga.